Senin, 13 Juni 2011

BPPT Menyiasati Ledakan Tabung Gas Melon


Tabung Gas LPG 3 KG Hasil Inovasi BPPT-(Foto: bppt.go.id)

Maraknya kejadian kebakaran disebabkan ledakan gas terutama untuk tabung gas 3kg akhir-akhir ini, menimbulkan kekhawatiran dari  masyarakat. Banyak pihak yang menyayangkan mengapa hal tersebut bisa terjadi, padahal gas 3kg semula ditujukan sebagai konversi dari minyak tanah dimana mayoritas penggunanya adalah masyarakat dengan penghasilan relatif kecil. 

Sebagai badan pemerintah yang memiliki kompetensi dalam kajian teknologi, Pusat Teknologi Kenversi dan Konservasi Energi (PTKKE) BPPT, mencoba mengkaji apa sebetulnya yang menjadi penyebab utama terjadinya ledakan tersebut. Menurut Direktur PTKKE, Arya Rezavidi, setidaknya terdapat tiga poin yang menjadi faktor pemicu, yakni antara katup (valve) dengan regulator, antara regulator dengan selang dan antara selang dengan kompor.

Ketiga poin tersebut untuk saat ini dikontrol langsung oleh konsumen, baik dalam segi pengaturan maupun dalam segi pemasangan. Nah disitulah faktor human error dapat sangat mempengaruhi. Ditambah lagi dengan kualitas dari selang dan regulator yang belum terjamin kualitasnya.

Lebih lanjut Arya menerangkan, ledakan yang terjadi bukanlah dari tabung, melainkan dari kebocoran gas yang terakumulasi dalam jumlah banyak dan dalam ruangan tertutup yang kemudian akhirnya meledak akibat tersulut api. Saya merasa, sosialisasi kepada masyarakat adalah hal yang penting. Dengan adanya sosialisasi, masyarakat dapat dengan jelas mengetahui kiat-kiat memasang dan mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan apabila terjadi kebocoran.

Desain baru

Secara tegas Arya mengatakan, program konversi minyak tanah ke gas yang mulai dilakukan pemerintah sejak tahun 2007 tersebut adalah hal yang benar. Dengan perbandingan 1 liter minyak tanah sama dengan 0, 57 kg gas elpiji,, tentunya akan sangat mengurangi beban yang mesti dibayar masyarakat. Namun akibat terlalu banyaknya ledakan yang terjadi, diperlukan adanya desain baru yang lebih aman dan memudahkan konsumen dalam penggunaannya, imbuhnya.

Prototipe tabung gas 3 kg dan kompor buatan PTKKE ini, diyakini Arya jauh lebih aman dibandingkan yang telah beredar saat ini. Ide dasar dari desain kami adalah bagaimana mengurangi faktor human error yang rentan terjadi. Kami membuat desain tabung gas langsung terintegrasi dengan kompor. Kosumen hanya perlu memasukan regulator yang  tersambung dengan burner kedalam tabung dengan cara memutar, persis seperti memutar baut.

Secara gamblang Ia menerangkan, pemilihan material untuk komponen tabung gas dan kompor akan sangat mempengaruhi kualitas dan efesiensi gas. Burner pada kompor misalnya, apabila dibuat dari bahan kuningan, maka akan lebih tahan lama dibandingkan dengan burner berbahan besi. Burner berbahan besi akan sangat mudah karatan yang akhirnya akan menyebabkan ketidakefisiensian. Api berwarna biru menunjukan keseimbangan antara gas dan oksigen, sedangkan pada pada burner yang rusak, api akan berwarna merah. Ketebalan pelat tabung pun akan berpengaruh terhadap daya tahan.

Sebenarnya kami telah menawarkan desain ini sejak awal diterapkannya program konversi gas. Namun saat itu banyak yang mengkhawatirkan akan posisi kompor yang dinilai terlalu dekat dengan tabung gas. Padahal kami mendesain tabung gas agar tahan hingga 110 bar. Kekuatan tersebut akan mampu mencegah terjadinya ledakan.

Arya mengakui, bentuk prototipe saat ini masih perlu dilakukan perubahan. Nantinya kami akan membuat desain yang dapat memudahkan tabung untung dibawa dan ditumpuk-tumpuk. Apabila memungkinkan, kami juga ingin menambahkan alat deteksi kebocoran gas pada tabung. Dengan begitu maka konsumen dapat lebih tenang dalam memakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar