Rabu, 29 Juni 2011

Persekongkolan MUI dan Kementerian ESDM


Menteri ESDM bersama rombongan MUI-Foto : Kamera HP Pribadi (Nokia C6-5 Mega Pixel)


Inilah foto kunjungan audiensi Majelis Ulama Indonesia Pada Senin, 27 Juni 2011. Undangan peliputan jam 14.30, tapi ngaretnya sampai jam 4 baru mulai konferensi pers.Baru sekitar jam 3 sore rombongan MUI datang. Audiensi MUI dengan Menteri ESDM dilakukan tertutup hanya boleh difoto oleh fotografer dan media elektronik (TV).

Dan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, kebanyakan wartawan sangat antusias sekali memburu keanehan dari rencana Fatwa Hemat Energi MUI tersebut. Bahkan selama 2 jam lebih wartawan yang biasa 'ngepos' di ESDM saling melemparkan guyonan, "Bahaya neh, nanti kalau nyalain lampu siang bolong bisa dipotong tangan," celetuk salah satu kawan wartawan energi sambil ngakak di aula pintu masuk Gedung Utama Kementerian ESDM.

Yaps, ternyata memang berita yang kita liput ini, esok dan lusanya Fatwa 'iseng' ini menjadi polemik dan heboh diberitakan di media-media. Ditambah lagi semakin digaungkan oleh media elektronik, apalagi Metro TV yang pedes dengan editorial Media Indonesianya.

Memang 'persengkokolan' antara Menteri ESDM dengan MUI mempunyai itikad dan niat yang sangat mulia: menghemat energi agar APBN tidak jebol. Namun tetap saja, DPR dan Pemerintah masih wait and see kok. Ehh, ini MUI malah ikut-ikutan terseret kepentingan politik BBM subsidi. Ini jelas menunjukkan ketidakmampuan dan kepanikan pemerintah, alias mengibarkan bendera putih atas tarik-menarik kepentingan yang bermain. Karena memang isu BBM ini sangat sensitif, menggantungkan nasib jutaan rakyat. Kalau BBM dinaikkan agar APBN nggak jebol, konstelasi politik pasti langsung geger. Bisa-bisa lengser tuh SBY. Tapi serba salah juga, kalau nggak dinaikkan harga BBM, dan dilakukan pembatasan BBM subsidi. Susah juga kontrol di lapangannya (kita negara kepulauan bos, rakyatnya juga bejibun).

Seperti diketahui, Program Pengaturan dan Pembatasan Subsidi BBM sudah berlarut-larut sejak April dan Mei yang katanya akan terealisasi. Nyatanya, sampai akhir Juni 2011 spanduk-spanduk bertuliskan "BBM Subsidi Hanya Untuk Golongan Tidak Mampu" yang pastinya sudah tersebar di seantero SPBU di Indonesia, hanya pepesan kosong belaka. Seringkali kita dapati, mobil-mobil mewah, masih 'nyusu' premium. Apa boleh dikata, Pertamax mahal gan..!!

Intinya, buat MUI: Ini urusan politik bung! Jangan ngolah di tempat 'becek' sekelas ESDM, yang konon katanya dulu waktu Menterinya PY, Kementerian ESDM adalah ATM buat partai penguasa dan koalisinya. Mungkin sampai sekarang juga. Bayangkan saja, Batu Bara, Migas, Emas, Nikel dan aneka tambang lainnya semua 'nyetor' dan diolah oleh sang regulator yang bersemayam di Jalan Medan Merdeka, Jakarta ini.

Inilah sarang mafia Republik. Kementerian paling strategis dan potensial untuk 'merampok' uang negara. Nurfahmi

Pertamina Genjot Penjualan BBM Marine ke Pasar Domestik dan Internasional

Sabtu, 25 Juni 2011 13:29 Administrator 
Kapal BBM marine Pertamina-foto: m.loveindonesia.com
 
indoPetro-online, Jakarta - Upaya PT Pertamina (Persero) untuk menjadi perusahaan kelas dunia (World Class Company) terus digiatkan. Salah satunya melalui penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk industri perkapalan (marine) di Singapura. Ekspansi ini sudah dilakukan sejak awal 2011, dengan konsumen perusahaan kapal pesiar Cruise Classic International Australia.


Tidak hanya di luar, di dalam negeri pun penjualan BBM marine terus digenjot. Beberapa waktu lalu Pertamina menggandeng PT Pelindo untuk memberikan pelayanan dan penyediaan BBM (non subsidi) marine bagi kapal di Pelabuhan Tanjung Priuk, khususnya untuk kapal ocean going. Kerjasama ini juga rencananya akan dilakukan di pelabuhan lainnya di Indonesia.


Menurut Mochamad Harun, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Pertamina menciptakan pasar baru karena pasar utama yang disasar adalah kapal-kapal ocean going yang selama ini melakukan pengisian BBM di luar negeri. Melihat pertumbuhan signifikan Pelabuhan Tanjung Priuk, ditambah derasnya laju peningkatan kapal ocean going yang melakukan pelayaran langsung ke berbagai negara di Eropa dan Afrika. Pertamina berharap, penjualan BBM untuk kebutuhan bunker kapal ocean going di Tanjung Priuk, melalui Pelindo bisa mendongkrak volume penjualan BBM non subsidi Pertamina.


“Dengan strategi tersebut, Pertamina bisa mengejar target untuk penjualan BBM industri marine. Dalam rencana program lima tahun Divisi Industry & Marine Fuel Marketing, target BBM marine bisa tumbuh paling tidak hingga 1 juta Kilo Liter (KL) untuk lima tahun ke depan. Sementara, tahun ini ditargetkan penjualan BBM marine mencapai 300 ribu KL.


Seperti diketahui, BBM marine adalah salah satu bisnis Pertamina di Hilir. Bisnis hilir Pertamina saat ini juga sudah merambah pasar luar negeri. Penjualan pelumas Pertamina telah berekspansi ke15 negara: AS, Pakistan, Taiwan, Singapura, Belgia, Australia, Uni Emirat Arab, China, Myanmar, Malaysia, Oman, Filippina, Bangladesh, Timor Leste, dan Jepang. Sedangkan penjualan avtur menembus angka 3 juta KL dengan penetrasi ke 17 kota di luar negeri. Nurfahmi