![]()  | 
| Bersihkan sapumu wahai aparat Yudikatif | 
 Ibarat menyapu lantai yang sangat kotor, tapi alat pembersih yang  digunakan alias sapunya juga kotor. Itulah perumpamaan alias cermin  praktik penegakan hukum di negara yang katanya berlandaskan hukum ini.  Nyatanya hukum di Republik ini bisa dijual beli, mafia peradilan ada  dimana-mana, dari kelas kakap hingga kelas teri. Semuanya bisa lancar  asal ada duit (ADUL-Ada Duit Urusan Lancar). Hukum juga sudah tidak  berpihak pada rakyat kecil yang bisa mendapatkan keadilan hanyalah  orang-orang berkantong tebal, yang lagi-lagi UUD-Ujung-Ujungnya Duit.
Sudah lebih satu dasawarsa Reformasi berjalan, yang salah satu tuntutannya adalah Penegakan Supremasi Hukum. Realita yang terjadi saat ini penegakan supremasi hukum sedang berada di titik nadir, para penegak hukum saling berseteru, hingga muncul istilah “Cicak VS Buaya” atau KPK VS Polri.
Sudah lebih satu dasawarsa Reformasi berjalan, yang salah satu tuntutannya adalah Penegakan Supremasi Hukum. Realita yang terjadi saat ini penegakan supremasi hukum sedang berada di titik nadir, para penegak hukum saling berseteru, hingga muncul istilah “Cicak VS Buaya” atau KPK VS Polri.
Kejaksaan juga masih mempunyai banyak 'PR' yang harus  diselesaikan, dan bertanggung jawab atas kasus korupsi besar yang selalu lolos dan tidak ada tindak lanjutnya lagi dari pihak kejaksaan yang  selalu melepas tangan dan mengoper bola ke institusi penegak hukum  lainnya. Sebut saja kasus “Mega Skandal BLBI” yang masih terbengkalai.
Ironisnya, mereka para penegak hukumlah yang seharusnya berada di  barisan terdepan dalam menegakkan keadilan dan hukum, tapi merekalah  yang selalu kontraproduktif dengan kontroversi kriminalitasnya. Satu  sama lain saling mengklaim merasa terkriminalisasikan, wacana selama ini  adalah ada upaya ingin melemahkan si 'cicak' (istilah yang dibuat oleh  Kabareskrim non-aktif, Susnoduadji). 
![]()  | 
| Ayoo siapa yang menang??!! Sayangnya si pawang (SBY) penakut  | 
Ya, si cicak itu adalah KPK yang  telah menjadi momok menakutkan bagi para koruptor atau pejabat-pejabat negara yang ingin nakal dalam mengolah uang rakyat. Dan si buaya  (Polri) juga merasa benar dalam hal ini, karena menurut mereka aksi  penahanan pimpinan KPK non-aktif, Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah  berawal dari testimony pimpinan KPK non-aktif Antasari Azhar yang  ternyata tidak mau ditangkap sendirian akibat kasus pembunuhan  Nasruddin. Bibit dan Chandra menurut Polri telah melakukan tindak  kriminal, yaitu penyuapan dan penyalahgunaan wewenang (dimana keberatan  Kabareskrim Susno yang telah disadap oleh KPK).
Tulisan ini bukan untuk membela KPK atau Polri, dan bukan untuk mencari siapa yang paling benar. Karena menurut penulis, KPK karena kasus ini telah mendapatkan banyak simpati dari berbagai kalangan di masyarakat. Bahkan dalam beberapa hari, group pendukung Bibit dan Chandra di Facebook sudah mencapai satu juta facebookers.
Tulisan ini bukan untuk membela KPK atau Polri, dan bukan untuk mencari siapa yang paling benar. Karena menurut penulis, KPK karena kasus ini telah mendapatkan banyak simpati dari berbagai kalangan di masyarakat. Bahkan dalam beberapa hari, group pendukung Bibit dan Chandra di Facebook sudah mencapai satu juta facebookers.
Bukan berarti mereka juga  suci atau terbebas dari banyak kesalahan, saya pribadi mendukung  intitusi KPK sebagai lembaga yang telah sukses memberantas korupsi  selama ini (walau masih terkesan tebang pilih) tapi saya tidak respect  dengan oknum-oknum di dalamnya yang telah mencemarkan dan malah  melemahkan kekuatan KPK itu sendiri. 
Atau dari pihak eksternal yang  menjadi titipan dari koruptor-koruptor kelas kakap untuk melemahkan KPK  itu sendiri. Dan Polri-pun juga harus didukung untuk tetap melindungi  masyarakat (walaupun didalamnya juga banyak 'penjahat-penjahat'  berseragam coklat). Jasa kongkritnya adalah pemberantasan teroris di  bumi nusantara ini, tapi karena kasus pertikaian mereka dan Polri  menjadi tersudutkan karena telah menyalahi prosedural dalam menahan  Bibit dan Chandra, yang akhirnya prestasi mereka dalam memberangus aksi  teroris sirna begitu saja ditelan pemberitaan perseteruan “cicak dan  buaya”.
Lucunya lagi, si Jenderal Susi Similikiti, Siperagu dan Sibimbang, malah membentuk TPF yang katanya independent dan kapabilitas untuk menangani kasus perseteruan KPK dan Polri ini. Memang di dalamnya ada beberapa tokoh hukum dan intelektual.
Lucunya lagi, si Jenderal Susi Similikiti, Siperagu dan Sibimbang, malah membentuk TPF yang katanya independent dan kapabilitas untuk menangani kasus perseteruan KPK dan Polri ini. Memang di dalamnya ada beberapa tokoh hukum dan intelektual.
Tapi tetap saja tim 8 (TPF) sudah bekerja  di luar wewenang kekuasaannya, mereka bukan jaksa atau hakim. Bahkan ada  yang bilang mereka adalah pengacara Bibit dan Chandra, menurut analisis  su’udzon (tapi saya haqqul yakin benar, jadinya mudah-mudahan khuznudzon). 
Ini hanya skenario untuk  menutup-menutupi kasus Mega Skandal BLBI dan  Centurygate, lihat saja Adnan Buyung yang dulu merupakan lawyer Antoni  Nursalim, atau Todung Mulya Lubis yang juga pengacara Samsul Nursalim,  para obligor BLBI, koruptor kelas kakap yang masih bisa uncang-uncang  kaki dan bersorak sorai dengan gendang yang ditabuhkan dan menyaksikan  para penegak hukum kita menari mengikuti alur dan tempo bunyi gendang  yang dipukul oleh konglomerat hitam biadab itu.
Ya Allah yang Maha Besar, Maha Adil lagi Maha Bijaksana, tunjukkanlah kekuatan-Mu. Berikanlah kekuatan kepada pemimpin negeri ini untuk bisa mengatakan yang benar adalah benar tidak dibelokkan dan yang salah adalah salah. Turunkanlah keadilan bagi para korban penegak hukum dan mudah-mudahan pengadil yang dzolim selama ini mengerti mana yang hak dan mana yang bathil. Semoga sapu itu sudah tidak kotor lagi, sehingga lantai yang kotor itu bisa bersih disapu dengan sapu yang lebih bersih. Amiin.
 . 
Ya Allah yang Maha Besar, Maha Adil lagi Maha Bijaksana, tunjukkanlah kekuatan-Mu. Berikanlah kekuatan kepada pemimpin negeri ini untuk bisa mengatakan yang benar adalah benar tidak dibelokkan dan yang salah adalah salah. Turunkanlah keadilan bagi para korban penegak hukum dan mudah-mudahan pengadil yang dzolim selama ini mengerti mana yang hak dan mana yang bathil. Semoga sapu itu sudah tidak kotor lagi, sehingga lantai yang kotor itu bisa bersih disapu dengan sapu yang lebih bersih. Amiin.
by NurFahmi Budi Prasetyo on Thursday, November 12, 2009 at 11:56pm
Addin Jamus Mohammad and Jose Mamed like this.

NurFahmi Budi Prasetyo bersi'in tuh warnet, klo kotor pelanggan pada kabur nyari warnet yg bersihan...wkwkwk..
November 13, 2009 at 12:05am ·
Betet Kriee gimana mo dibersihin,. dsini yang lagi maen warnet rame ,., wuakakakakkk ,,..
November 13, 2009 at 12:08am ·
NurFahmi Budi Prasetyo NB: Ralat tulisan diatas, "lihat saja Adnan Buyung yang dulu merupakan lawyer Antoni Nursalim, atau Todung Mulya Lubis yang juga pengacara Samsul Nursalim", seharusnya Adnan Buyung Lawyer'nya Sjamsul Nursalim, dan Todung Mulya Lubis Pengacaranya Antony Nursalim (maaf ketuker),
takutnya ntar dituntut ma tuh 2 pengacara senior, yah mudah2an w ga dituntut gara2 pencemaran nama baik kayak Ibu Prita...hehehe...
November 13, 2009 at 12:09am ·
Addin Jamus Mohammad Hidup dombel!
Eh ya,jgn lp absen tiap subuh ma ust basith ye..
November 15, 2009 at 8:34pm ·
NurFahmi Budi Prasetyo @ bung ilan: trims ya bung...
@ Adin: absenin dong sob, lg cabut nh...wkwkwk..hidup siluman kebo, bentar lg mo idul adha nh, siap2 yah mo'...hehehe pisss..^^V
November 16, 2009 at 7:54am ·
NurFahmi Budi Prasetyo @putranda: amiin, nanti klo w nyapres, Ikmas slrh Indonesia dukung w yah..hehe..ngarep.com
November 16, 2009 at 9:17pm ·
Addin Jamus Mohammad @mbel. Kitil kibing......
Ak dah ga msk kualifikasi calon kurban lg mbel,ak tll imut,bnyk yg syg m ak.... Wkwkwkwk...
Bendot tuh makin gemuk dah siap.
Suka makan rumput tetangga...
November 17, 2009 at 12:11pm ·



Tidak ada komentar:
Posting Komentar