Ilustrasi: mrmcewen.com |
Renungan Jumat hari ini (27/5/2011) begitu menggetarkan hati, sebagai manusia biasa yang berlumuran dosa tentu saja perasaan bersalah itu hadir ketika sang Khotib Jumat menyampaikan ayat:
"مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد"
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Q.S. Qaaf: 18).
Khotib yang masih terlihat muda itu melanjutkan khutbahnya dengan ilustrasi ketika di akhirat nanti kita umat manusia hanya bisa pasrah. Dengan suara lantang oktaf tingkat tinggi seperti pemain opera, dia bilang, "Akan diperlihatkan semua dosa-dosa manusia pertama Adam hingga manusia akhir zaman nanti."
Pikiran rasional liberal ala (Ibnu Rusyd) saya bilang: nggak masuk akal ah. Masa' harus ngantri berapa lama (waktu dunia atau waktu alam barzah) untuk menunggu satu per satu dosa demi dosa yang bejibun tentunya di layar lebar sembari nonton bareng (nobar). Saya sudah membayangkan suasana nobar final piala dunia atau final liga champion di lapangan kelurahan, akan terjadi di alam barzah dengan latar berbeda. Yaps, kita nobar dosa-dosa kita dan orang lain. Dalam hati saya agak menggelitik, malu juga yah kalau ditonton sama keluarga kita. Ex: saya sering berbohong kepada ibu saya. Tiap pulang kerja ditanya, "Udah Isya mi?" Sering kali kalau malas karena baru saja menikmati kehangatan dan empuknya kasur, saya jawab: "Udah tadi ma sebelum pulang."
Astaghfirullah, hati nurani saya mulai dikoyak-koyak dengan kebohongan yang saya anggap sepele. Karena selain berbohong, terkadang Sholat Isya juga berlalu begitu saja. Ah, kalau soal ini, Sang Imam Ghozali dengan tuntunan psikologi 'hati' nya berhasil mengingatkan saya untuk jangan membawa ranah rasionalitas ke dalam urusan ibadah dan tauhid. Bahkan beliau menegaskan, jangan kau pikirkan Allah seperti apa, surga-neraka bagaimana dengan berfilsafat karena itu mendekati kesesatan.
Dus, saya berfikir. Kalau saya mengikuti tuntunan Ibnu Rusyd yang mengagungkan rasionalitas, maka otak liberal saya bermain, "Nobar dosa-dosa di alam barzah" itu tidak masuk akal. Namun, kalau saya mengikuti Imam Ghazali, ada benarnya juga ucapan Khotib Jumat siang itu. "Malaikat Raqib-Atid akan mencatat, mengawasi segala perilaku dan ucapan kita."
Mereka (Raqib-Atid) dalam imajinasi saya, akan melakoni tugasnya sebagai spionase di film-film Hollywood. Bahkan intelijen sekelas CIA, Mosad, NSA atau Densus 88 yang selalu bangga menangkap teroris dalam keadaan terbunuh. Tidak ada apa-apanya. Karena mereka (Raqib-Atid) membawa misi langit, daya intelejensia mereka ghaib. Tidak terendus kamuflasenya, dan yang jelas tidak ada skenario konspirasi ala intelijen Indonesia.
Terima kasih saya persembahkan untuk Khotib yang telah mendongeng hororkan saya di Jumat siang itu (jujur memang saya tertidur setengah pulas walaupun Khotib berapi-api menyampaikan khutbah). Karena khutbahnyalah, saya sudah diingatkan: samping kanan-kiri di pundak ada spionase yang mengawasi semua tindak-tanduk kita. Entah itu dosa atau pahala. Terakhir, saya cuma mau request buat sang spionase. Semoga yang kanan (Raqib) berbaik hati mencatat pahala saya yang secuil ini, kalaupun boleh saya menyuap seperti Nazarudin. Pasti akan saya jabanin (Hehe, bercanda Ya Raqib. Jangan bilang-bilang Atid yah). Buat yang di kiri saya (Atid), please..!!. Qod Aroftu, Khoto'iy katsir jiddan. Lakin, wa'taqidu ma'a amaluka. Syukron, liannaka ana daqiyqon ma'a khoto'iy (Saya tahu, dosa saya banyak sekali. Namun, saya percaya dengan pekerjaan anda. Terima kasih, karena anda sudah membuat saya lebih berhati-hati dengan dosa).
Teringat ucapan Ibnu Al Qoyyim: "Suatu amal tanpa didasari keihlasan dan tidak sesuai dengan yang telah dicontohkan Rasul, bagaikan seorang musafir yang mengisi tasnya dengan kerikil, yang memberatinya dan tidak memberi manfaat baginya." Adapun rintangan dalam melaksanakan keihlasan adalah rintangan yang sulit diatasi, akan tetapi dengan keihlasan akan diperoleh sesuatu yang diinginkan, dan memberi manfaat yang sangat besar. Dus, sholat dan beramal bukan karena mengharap pahala atau takut akan azabnya. Melainkan semata-mata mengharap Ridha-Nya.
Wallahu'alam Bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar