Dua janda pahlawan (sepuh) yang selalu menghadiri Sidang Penggugatan Pihak Pegadaian atas Rumah Dinas TNI |
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya....."
Setelah dua janda pahlawan, yakni Rusmini dan Sutarti menjalani persidangan kasus penyerobotan rumah dinas, milik Perum Pegadaian. Kini dua lansia lain, yakni Soegito dan istrinya Ambariyah, juga menunggu giliran dipidanakan. Mereka dianggap melakukan hak kepemilikan rumah secara sepihak. Ironisnya, setelah diperkarakan di kepolisian, salah satu tersangka mengalami lumpuh karena stroke (Soegito).
Soegito yang merupakan pahlawan kemerdekaan dan mantan pegawai Perum Pegadaian mengaku tidak mampu berbuat apapun, akibat usianya sudah tua, serta penyakit lumpuh yang dideritanya. Ia hanya bisa menunggu diusir dari rumah yang sudah ditempatinya selama puluhan tahun. Soegito berharap, Pemerintah mau memberikan bantuan terkat kasus hukum yang kini membelit keluarganya.
Soegito dan istrinya, Sutarti serta Rusmini, adalah pejuang yang dilupakan. Mereka dihadapkan ke meja hijau, layaknya penjahat kelas kakap. Kini, yang bisa dilakukan hanya menanti rasa kemanusiaan dari pihak Perum Pegadaian, dan penegak hukum agar memberikan keringanan kepada mereka.
Soegito yang merupakan pahlawan kemerdekaan dan mantan pegawai Perum Pegadaian mengaku tidak mampu berbuat apapun, akibat usianya sudah tua, serta penyakit lumpuh yang dideritanya. Ia hanya bisa menunggu diusir dari rumah yang sudah ditempatinya selama puluhan tahun. Soegito berharap, Pemerintah mau memberikan bantuan terkat kasus hukum yang kini membelit keluarganya.
Soegito dan istrinya, Sutarti serta Rusmini, adalah pejuang yang dilupakan. Mereka dihadapkan ke meja hijau, layaknya penjahat kelas kakap. Kini, yang bisa dilakukan hanya menanti rasa kemanusiaan dari pihak Perum Pegadaian, dan penegak hukum agar memberikan keringanan kepada mereka.
Ketika Rakyat Merdeka (8 Juli/2010) menyambangi kediaman kakek Soegito dan Nenek Ambariyah, Kakek Soegito sedang terbaring di kasurnya yang tergeletak di lantai. “Sejak ketahuan punya stroke, Bapak tidurnya di bawah terus, kalau di atas sering jatuh,” ujar Eko (putra sulung kakek Soegito) kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.
Kakek berusia 80 tahun itu sering meringis kesakitan menahan sakit yang dideritanya, praktis sang kakek yang divonis menjadi tersangka sejak setahun yang lalu ini hanya mendapatkan asuransi kesehatan sebagai pensiunan pegawai perum pegadaian.
Kondisi kakek Soegito sangat memprihatinkan, sedangkan istrinya saat ini mengalami kebutaan karena lama mengidap penyakit diabetes. “Bapak badannya luka-luka kalau kena air, pernah bagian belakang badannya busuk karena bapak ngompol di kasur dan semalaman (ompolannya) mengenai punggungnya,” cerita Eko anaknya.
Tidak jauh dari rumah kakek Soegito, di depan rumah nenek Soetarti terbentang spanduk dan bendera ormas Pemuda Panca Marga. Spanduk itu bertuliskan kecaman atas tindakan pengusiran dari pihak Perum Pegadaian.
Kakek berusia 80 tahun itu sering meringis kesakitan menahan sakit yang dideritanya, praktis sang kakek yang divonis menjadi tersangka sejak setahun yang lalu ini hanya mendapatkan asuransi kesehatan sebagai pensiunan pegawai perum pegadaian.
Kondisi kakek Soegito sangat memprihatinkan, sedangkan istrinya saat ini mengalami kebutaan karena lama mengidap penyakit diabetes. “Bapak badannya luka-luka kalau kena air, pernah bagian belakang badannya busuk karena bapak ngompol di kasur dan semalaman (ompolannya) mengenai punggungnya,” cerita Eko anaknya.
Tidak jauh dari rumah kakek Soegito, di depan rumah nenek Soetarti terbentang spanduk dan bendera ormas Pemuda Panca Marga. Spanduk itu bertuliskan kecaman atas tindakan pengusiran dari pihak Perum Pegadaian.
Sementara itu nenek Soetarti, menurut pengakuan Agung Sambodo (putra bungsunya) sudah capek menjalani proses persidangan sebanyak 17 kali ini, “Ibu nggak pernah absen datang ke persidangan, jujur ya mas kita sudah capek menghadapi ini semua dan meladeni wartawan-wartawan yang hampir setiap hari datang ke rumah.
Nurfahmi, Liputan ga dimuat, 9 Juli 2010.
Maafkan pemimpin kami Kek yang tidak pernah menghargai perjuanganmu |
Iqlima Huraida likes this.
NurFahmi Budi Prasetyo iya, coba aku foto kondisi kakeknya, bener2 bikin terenyuh dek...
July 14, 2010 at 3:45pm ·
NurFahmi Budi Prasetyo ga dek, ga tega juga sih, si kakek tiap beberapa menit merintih2 kesakitan gitu...
July 14, 2010 at 3:51pm ·
Iqlima Huraida ya ampuuun,,,kasiiiann..
btw,,itu pake di tuLis "tuLisan ga di muat"..??
hahaha...;D
July 14, 2010 at 3:53pm ·
NurFahmi Budi Prasetyo hehehe, biar dikira ga copas dari berita online, aku kan plg anti copas n plagiat, n biar aku lbh termotivasi, secara itu liputan jauh2 tapi ga dimuat gara2 kurang gereget kata redaktur....
July 14, 2010 at 4:41pm ·
Iqlima Huraida hmmm..tapi menurut aku udah greget ko..hhhe..
yaudah..sabar yaa,,\tetep semanggaat..!!!
July 14, 2010 at 4:48pm ·
Achmad Edy Satpol PP "Dipersenjatai"aparat rakyat yg di peralat..Rusmini,Ambariyahdan Soegito serta banyak lagi spt mereka selaku"PAHLAWAN" telah terbuang dan terlupakan demi segepok uang dan kekuasaan...mudah2an org2 yg men Dzolimi mereka,di...LAKNAAAT oleh TUHAN.
July 14, 2010 at 11:25pm ·
NurFahmi Budi Prasetyo ^Edy: pastinya, smg kebenaran dan keadilan berpihak kpd rakyat kecil yang tdk mampu
July 15, 2010 at 4:08pm ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar