Selasa, 10 Mei 2011

Dimana Sekber Berpijak, Di sana Warung Laris

Repost from notes FB  (16 Desember 2009)

(Sebuah Refleksi 5 Tahun Keber-HMI-an NurFahmi Budi Prasetyo)

Mengalami Tiga Periode Kepemimpinan HMI Korkom Unas
Empat Ketum HMI Cabang Jakarta Selatan
Tiga Ketum PB HMI


Mejeng sebelum simulasi aksi @LK1 HMI Kom.Fisip Unas (2006) - Villa Julio Puncak

Sebelumnya, tulisan ini bukanlah diniatkan untuk membanggakan diri (narsis) akan pengalaman penulis dalam menjalani kehidupan organisasi di HMI (karena memang tidak ada yang bisa dibanggakan). Namun semata-mata hanyalah untuk mengenang kembali romantisme kebersamaan berhimpun dalam HMI. Dan berharap dengan tulisan ini akan mempererat kembali tali silaturahim yang sudah terputus karena konflik belakangan ini.

Pertama, penulis ingin berbagi cerita terlebih dahulu tentang riwayat beorganisasi di HMI, khususnya episode kehidupan sebagai organisatoris di bawah payung HMI Korkom Universitas Nasional. Saya NurFahmi Budi Prasetyo, sebelum masuk Unas sudah menerawang dalam benak pikiran akan aktivitas ke depannya sebagai mahasiswa dan mencoba menanggalkan segala kebiasaan sebagai siswa.

Lucunya, ketika semua mahasiswa baru ketika itu menjadi incaran para senior untuk masuk organisasinya, dan sibuk untuk mencari teman baru/tempat tongkrongan baru. Saya malah agak berbeda dengan yang lainnya, saya mencoba mencari tahu dimana tempat sekretariat HMI, atau minimal dimana bendera HMI berkibar.

Dengan modal doktrin secara tidak langsung sejak kecil (SD-SMA) dari Ayah seorang alumnus HMI Cabang Jogjakarta dan PB HMI (periode Ridwan Saidi dan Khumaidi Syarif sebagai Ketum). Seringkali dalam beberapa kesempatan seperti buka puasa bersama, halal bi halal, walimahan, bahkan open house di beberapa rumah menteri atau pejabat alumni HMI Cabang Jogja saya selalu diajak.

Bahkan ketika kelas 3 SMA, seorang Guru Sejarah penulis pernah berpesan kepada anak ajarnya, dan saya masih ingat betul pesan beliau. ”Nanti kalau kalian kuliah dan menjadi mahasiswa, aktiflah di berbagai kegiatan kampus, dan lebih baik kalian masuk HMI, karena insya Allah akan mudah untuk kedepannya dalam dunia pekerjaan atau mungkin mendapatkan link pejabat.”

Kembali lagi kepada kisah awal penulis ketika mencari HMI di Unas, setelah mengelilingi seluruh sudut kampus, ternyata tidak saya temui sekretariat HMI. Karena memang baru saya ketahui ternyata HMI adalah organisasi ekstra kampus, berbeda dengan UKM dan himpunan-himpunan jurusan, BPM dan Senat Fakultas.

Dan setelah beberapa bulan mengikuti kegiatan perkuliahan, akhirnya saya menemukan stand pendaftaran HMI di Masjid STA, ketika itu LK1 gabungan Komisariat Ekonomi-Sastra. Tanpa pikir panjang saya pun langsung interview, keesokan harinya ketika mengikuti LK ternyata bentrok dengan diklat UKM Liga (sepak bola) yang mana sebelum saya mendaftar HMI, saya juga daftar UKM Liga. Dan menurut senior di Liga, saya harus memilih salah satu, dan pilihan pun jatuh untuk ikut Latihan Kader (LK)1 HMI.

Tepat 28 September-2 Oktober 2005, beberapa hari menjelang Bulan Ramadhan, penulis mengikuti LK1 HMI Komisariat Ekonomi-Sastra. Pengalaman baru ditraining, digojlok, digembleng, dan dikader benar-benar tidak terlupakan. Makan-tidur sedikit, dimarah-marahin pula. Tapi semua itu benar-benar berkesan dan tidak terlupakan, hingga saat ini setiap hajatan pengkaderan di HMI Korkom Unas, penulis tidak pernah absen datang.

Kembali kepada tema tulisan ini, ” Dimana Sekber Berpijak, Di sana Warung Laris”. Pasca LK saya lebih sering menjadikan sekretariat bersama HMI Koorkom Unas sebagai rumah dan kampus kedua, dibawah kepemimpinan Kakanda Yusuf Wibisono rutin diadakan Kursus Politik, diskusi-diskusi yang mencerahkan dan kehangatan bersaudara dalam himpunan ini. Yang paling terkesan adalah suasana sekber Pakde (pemilik kontrakan) tepat berada di gang sentiong (belakang kampus Unas), Pakde bersama istrinya memanjakan kami dengan warung yang sangat lengkap menjajakan aneka jajanan.

Kelebihannya adalah bisa 'diutangi', banyak kisah lucu di sekber pakde, terutama bang Sudianto (senior angkatan 98 yang telat masuk HMI namun sering menginap di sekber). Terlebih lagi ketika suasana ramadhan, es sirup dan gorengan sudah bisa membalas dendamkan haus dan lapar seharian. Di satu sisi warung Pakde laris, namun bisa juga tekor dengan utang-utang dan rekening-rekening fiktif oleh oknum sekber (untuk menjaga poin of privilege, penulis tidak menyebut nama), hehehe....

Menjelang pergantian Korkom, sebenarnya insting politik beberapa komisariat mulai bermain. Dinamika dan suaasana kompetisi mulai berasa, dan pada akhirnya Kakanda Dading Kalbu Adi menjadi Koorkom selanjutnya menggantikan bang Yusuf.

Berganti Koorkom, berganti pula sekber, dan kita hijrah ke gang sosial, sekber ini dinamakan sekber Batak (karena pemiliknya orang Batak). Suasana kekeluargaan benar-benar terasa dibawah nahkoda kepemimpinan bang Dading, seringkali kita jalan-jalan bersama untuk mempererat tali persaudaraan. Dan setiap ada kader yang sakit, kita berbondong-bondong menjenguk dengan 'pattimura bersatu' terlebih dahulu (istilah patungan kala itu) untuk sekadar membelikan buah untuk yang sakit.

Dan setiap ada senior yang walimahan, kita-pun juga konvoi bersama mendatangi resepsi, dengan tujuan silaturrahim dengan senior-senior yang datang sekaligus 'menghajar' hidangan makanan yang ada. Seringkali senior-senior seperti Bang Ari, Bang Asep, Bang Bucek, Akang, dan yang lain berkunjung di tengah malam ke sekber untuk mengajak kita berdiskusi dan membicarakan masa depan HMI Unas.

Pengalaman yang paling berkesan di masa Koorkom Bang Dading adalah ketika rihlah (berlibur) ke Jogja. Sempat singgah ke Semarang (rumah saudara Bang dading dan Bang Eko). Kemudian ke rumah Bang Boy di Magelang, dan terakhir mampir ke Karanganyar Solo di rumah Bang Buluk. Intensitas jalan-jalan itulah yang membangun hubungan emosional diantara kita kader-kader HMI Koorkom Unas. Meminjam istilahnya Bang Agus Salim Sitompul (sejarawan HMI) HMI itu Hangat Mesra Intim, jadi tidak heran kehangatan dan kemesraan kita dalam bersaudara sudah sangatlah intim.

Karena memang setiap ada momentum seperti bencana alam, kita selalu 'ngecrek' di jalanan walaupun panas-panasan dan kehujanan. Dan hasil dari 'ngecrek' kita sumbangkan ke korban Banjir Karawang, dan kita-pun jalan ke tempat bencana seperti: banjir di Desa Batu Jaya Karawang, dan Gempa di Jogja. Intinya, keberhimpunan kita kala itu benar-benar berkesan dan menjadi sebuah pembelajaran yang sangat berharga dalam berorganisasi.

Sementara itu, kalau kelaparan di sekber, di depan ada warung ”janda”, keluar gang sedikit ada gado-gado Mpok Yuni. Banyaknya pilihan warung, semakin membuat sekber selalu ramai, walaupun diakhir-akhir kepengurusan Bang Dading, sekber mulai sepi karena genteng sekber bocor, dan setiap hujan besar sekber selalu banjir, mungkin itu alasan mengapa anak-anak malas ke sekber. Yang jelas, beruntunglah warung yang didekatnya ada sekber HMI Koorkom Unas, karena, kita kader-kader HMI Unas selalu lkelaparan atau di setiap diskusi kita pasti membutuhkan ”rokok, jajanan dan minuman”.

Berganti kepada kepemimpinan Koorkom Angga Sulaiman, sekber pindah ke Gang Musholla, pemilik kontrakan adalah Ibu Yos, dan yang paling strategis adalah akses ke stassiun, jalan raya, dan belakang sudah pasar minggu, kita-pun sudah dimanjakan oleh warung si ”emo” didepan sekber dan warung nasi ”Mbak Ira” yang sangat komplit, murah-meriah menjual aneka lauk-pauk.

Yang jelas, dimana ”Sekber Berpijak, di sana Warung Laris.”                                       

  • Galih Prasetyo likes this.
    • NurFahmi Budi Prasetyo Dgn sgl hormat, mhn maaf, notes ini tdk menerima koMentar yg berbau sara, politis, propaganda, provokatif, dan adu doMba. Namun berharap ada yg koMentar u/ mengenang kembali, nostalgia, dan mempererat kmbl tali silaturahim.
      December 16, 2009 at 1:28pm · 
    • Bang Ade Satu selamat BER HMI UNAS
      December 16, 2009 at 4:13pm

    • Alan Cabout salam yakuza !

    • Hendri Ady Yahya eoi gw nya mana...mana...mana...
      December 17, 2009 at 5:49am ·

    • Luqman Kareem hahaha.,.,.
      sedih ni w bacanya.,.,.
      truz berjuang kakanda fahmi.,,
      Insya Allah...Tuhan Memberkati.

      December 17, 2009 at 7:43am

    • Galih Prasetyo Wah; sepertinya, dalam narasinya kakanda fahmi saya belum lahir; masih dalam "kandungan".....

      Sedih juga ya saya; tidak bisa menyaksikan semua itu....

      ^_^

      December 17, 2009 at 12:11pm ·

    • Ct Al-manis'ah huhuhu hohoho hihihi....
      ana ada dalam masa itu semua...
      sekalian tambah di buat film dokumenter z...!!! hehehe..

      December 17, 2009 at 7:20pm ·

    • Starla Dee Kalau orng yg tdk mengalami scr langsung, mngkn mmbaca ini akn mrasakan hal yg biasa. Hu..hu.. Tp kok ratu jd sedih bis baca ini. Wah prtanda apa ya??
      December 18, 2009 at 8:33pm ·

    • Herrina Firmantini Jadi pengen nangis. Hiks.. Hiks.. Hiks..
      December 19, 2009 at 2:12pm ·

    • Mohammad Sukri wah ekonom mana neh..bersatu dan tak bisa d kalahkan..
      December 29, 2009 at 8:01pm

    • Gustine Pratama perjalanan yang sangat berarti bg,,,,jgn sampai terbuang sia2,,,,,
      December 29, 2009 at 9:14pm

    • Dedi Irawan setiap era pasti ada suka dukanya, pun ketika aktif di HMI. Banyak yang bisa kita pelajari. Ini untuk memotivasi siapapun kita...
      February 3, 2010 at 3:19pm ·

    • NurFahmi Budi Prasetyo ‎@b.dedi: bnr bang, setiap zaman tantangannya berbeda2, dinamika yg ada menuntut kita u/ memahahami substansi sebuah proses
      February 3, 2010 at 3:28pm

2 komentar: