Menteri ESDM Jero Wacik (Foto: detikfinance.com) |
“Nah gitu dong akrab, memang harus begitu,” celetuk Zainuddin Amali Wakil Ketua Komisi Energi DPR RI yang menyaksikan peristiwa tersebut. Dan ekspresi keduanya masih terlihat dingin.
Entah apa modus celotehan Politisi Golkar tersebut. Yang jelas, sindiran Zainuddin terhadap kedua tokoh penting Dunia Migas tanah air itu mempunyai maksud. Seperti diketahui, hubungan keduanya (Karen dan Priyono) memang sering dilanda disharmonisasi. Tercatat, sejak kasus Blok West Madura Offshore (WMO) memanas pertengahan 2011, dan beberapa waktu lalu tudingan Priyono terhadap Pertamina yang tidak “mengemong” BUMD dalam Participating Interest (pembagian saham untuk daerah).
Saat perpanjangan kontrak Blok WMO bergejolak, Priyono menyesalkan kepemimpinan Direktur Utama PT Pertamina Persero yang kurang bijak sehingga CNOOC enggan memperpanjang kontrak saat itu. Seperti yang pernah diwartakan, VP Corporate Communication Pertamina M Harun menyesalkan pernyataan Kepala BPMIGAS yang meragukan kemampuan Pertamina untuk mengelola Blok WMO. Dan saat kesempatan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Priyono mengatakan Pertamina memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi dalam operasionalnya. Dibandingkan dengan Perusahaan Multi Nasional, Pertamina kurang bisa meningkatkan produksi Migas.
Kepala Divisi Humas, Formalitas, dan Sekuriti BPMIGAS Gde Pradnyana memandang perbedaan pendapat itu sesuatu hal yang lumrah dan justru penting untuk memperkaya pertimbangan-pertimbangan yang dipakai dalam pengambilan keputusan. “Yang jelas tadi pagi (14/12), saat pembukaan Raker BPMIGAS, di Hotel Shangrilla, Jakarta. Pak Priyono dengan Bu Karen sarapan bareng. Dan setelah itu, Bu Karen tampil bersama sebagai panelis dalam rapat kerja BPMIGAS. Jadi hubungannya harmonis tuh,” cetusnya.
Seperti kisah sinetron, kisah perseteruan antar instansi dan pejabat memang kerap terjadi di sektor energi. Ego sektoral, dan buruknya tata kelola Migas menjadi penyebab keretakan hubungan antara pejabat dan instansi. Masih membekas, polemik pergantian Deputi BPMIGAS yang membuat Priyono berang terhadap Menteri ESDM yang lalu, Darwin Zahedy Saleh.
Melihat itu, Menteri ESDM baru, Jero Wacik mengingatkan semua stakeholders energi untuk saling berbagi dan bahu-membahu. “Dengan asing saja kita bisa, kenapa dengan saudara sendiri kita tidak?” Kesal Wacik. Pria kelahiran Singaraja itu mengambil analogi: 10 ekor ayam yang diberikan makan jagung, ayam dari luar negeri bisa kenyang semua. Sementara, ayam dari dalam negeri berkelahi dahulu untuk berebutan makanan, dan akhirnya jagung tersebut tidak ada yang makan.
Untuk itu, Wacik berharap segenap stakeholders energi saling membantu. “Kalau PLN butuh gas, jangan dipersulit. Kasih untung sedikit untuk kawan tidak ada ruginya,” harapnya. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu juga berpesan agar perusahaan tambang nasional untuk tidak melupakan kesejahteraan masyarakat.
“Saya lihat angka investasi miliaran dollar, BUMN kita nggak bakalan bangkrut kalau membantu bangun jembatan, perbaiki jalan, beasiswa pendidikan, dan penyuluhan kesehatan. Sisihkan beberapa saja untuk rakyat kita, ingat usaha di sektor energi ini harus pro poor, pro job, pro growth, dan pro environment,” ujar Wacik.
Jero Wacik yang juga Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat mengingatkan segenap stakeholders energi untuk memahami esensi Pasal 33 UUD 1945. Menurutnya, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adalah tujuan dari pengelolaan energi. Wacik mengajak pemangku kebijakan di sektor energi untuk bersama-sama mewakafkan diri untuk kesejahteraan masyarakat. Ia punya harapan besar terciptanya sinergisitas sesama anak bangsa dalam membangun negeri. Nurfahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar