R.Priyono - Foto: Taufiq Tambang |
“Saya terkejut-kejut dengan pemberitaan di media yang sepotong-potong, tidak melihat kinerja hulu secara utuh: lifting dihubungkan dengan subsidi, subsidi dikaitkan dengan import BBM. Sudah nggak karu-karuan, mana yang asumsi, mana yang objektif. Objektifnya terpenuhi, asumsinya juga jadi masalah besar,” kesal Kepala BPMIGAS, R. Priyono, di acara Media Gathering BPMIGAS, Hotel Sheraton Bandung, (7/10/2011).
Priyono merasa wajib menyampaikan ini secara utuh mewakili stakeholdernya di hulu migas. Menurutnya, Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) selalu terpojok terus dan terkesan gagal. “KKKS juga protes selalu disalahkan atas tidak terpenuhinya target produksi. Jangan-jangan kita tidak melihat secara utuh, kalau penerimaan migas tercapai sedangkan produksi dibawah target, jangan-jangan kita sedang shifting (masa peralihan),” ujarnya.
Teori berdagang dengan jumlah yang kecil, hasilnya besar kan bagus, sambung Priyono, tapi Ia heran mengapa di industri migas sepertinya tidak begitu. Walaupun targetnya tercapai, penerimaan negara besar, tapi kalau dagangannya kecil tetap salah. Ditambah lagi terus dihubung-hubungkannya kegiatan hulu migas, seakan-akan yang berhubungan dengan BBM seperti: kenaikan BBM, bahan bakar pesawat, meningkatnya jumlah moda transportasi, dan jumlah subsidi BBM meningkat, semua menjadi tanggung jawab industri hulu. “Ini yang harus dilihat secara fair, kita bisa memperbaiki semua mekanisme ekonomi kita secara lebih utuh,” harap Priyono. Nurfahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar