Kamis, 26 Januari 2012

Haruskah Anas Dipenjara?


 
Prahara rumah tangga Partai Demokrat terusik kembali. Sempat 'adem' ketika Nazaruddin, bekas Bendahara Umum PD kembali ke tanah air setelah lari sebelum kasus wisma atlet mencuat ke permukaan. Kini internal PD mulai geger kembali, ketika Nazar terus membeberkan aib bekas kolega-koleganya di Partai Mercy itu, salah satunya bekas sobat karib dan juga Ketum PD, Anas Urbaningrum.

Seperti diketahui Nazar telah menggegerkan konstelasi politik nasional, dimana dapur internal PD diobok-obok oleh dirinya. Dan cerdiknya, Nazar keburu angkat kaki dari tanah air sebelum aparat mengendus ada permainan elit PD dalam proyek itu.

Dus, sehari sebelum ditetapkan menjadi tersangka, Nazar telah melanglang buana lintas benua untuk kabur dan bersembunyi. Dalam persemediannya itulah, dirinya meneror elit-elit PD lainnya. Seakan tak mau kena sendirian, alias TiJi TiBeh (maTi siJi maTi kaBeh), petinggi PD seperti Ketua Umum Anas Urbaningrum, Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono, Angelina Sondakh, dan Menpora Andi Mallarangeng dituding Nazar ikut menikmati 'kue' proyek basah menjelang Sea Games.

Selama dalam petualangan melarikan dirinya, ramai gunjing di tanah air, semua kalangan mengikuti dengan seksama perkembangan kicauan-kicauan merdu sang eks. Bendum PD. Dari hebohnya wawancara via skype antara Iwan Piliang dengan Nazar, kemudian uniknya topi anyaman ala Meksiko yang digunakan saat interview, dan tak kalah heboh adalah terdengar sayup-sayup bunyi jingle Sari Roti ketika Nazar nongol di skype, yang mana saat itu Nazar mengaku di Amerika Latin.

Jusuf Kalla (Wapres RI 2004-2009)
Bahkan, ketika agenda silaturrahim Korps Alumni HMI (Kahmi) Unas di kediaman bekas Rektor Unas, Prof. Umar Basalim, Pertengahan Juli 2011 beberapa hari menjelang Puasa Ramadhan. Kahmi Unas kedatangan tamu agung, bekas Wapres Jusuf Kalla yang kebetulan menjadi keynote speech saat itu. Di sela-sela pidatonya, JK pun turut mengomentari tudingan Nazar kepada Anas Urbaningrum yang notabene bagian dari keluarga besar Kahmi. Bekas Ketum PB HMI itu dikatakan Daeng Ucu, panggilan akrab JK, memang telah banyak berubah sejak di Partai Demokrat. Bahkan sebelum menjadi Ketum PD, gaya hidupnya sudah bergelimang harta. Dan ketika menjadi Ketum PD, AU menurut JK semakin menjadi-jadi. JK heran, masa' dalam hitungan sekejap Anas bisa membangun istana di rumahnya, yang mana diperluas hingga berhektar-hektar. Belum lagi mobil-mobil mewah nan mahal menjadi koleksiannya.

"Anas bukan pengusaha, dia politisi tulen. Jadi kalau memang bersalah dalam kasus money politic Kongres Demokrat yang menyalahgunakan dana APBN, biarkan nafsi-nafsi saja urusannya. Kahmi nggak usah membantu, Anas sendiri yang menanggungnya," beber JK.


Aksa Mahmud (Wakil Ketua MPR RI 2004-2009)-Foto: bisniskti.com

Sementara itu, di lain waktu dan tempat, adik ipar JK, Aksa Mahmud ketika acara diskusi di Kahmi Center, Jl. Senopati, Jakarta Selatan, awal Desember 2011. Setelah acara, saudagar tenar Makassar ini berkelakar, "Anas itu ketika awal-awal dituding Nazar, saat saya baca Majalah Tempo yang mengangkat berita Proyek Hambalang. Saya langsung telepon dia, tiga kali ditelepon ternyata nggak diangkat-angkat," kesalnya.

Orang kalau tiga kali tidak mau diganggu, sambung Aksa, yah kita hormati. Padahal niat saya menelpon dia, sebagai senior ingin membantu Anas bagaimana cara mencari uang yang benar dan aman. Aksa menjelaskan, dia memang menyadari sebagai Ketum Parpol terbesar harus mempunyai amunisi yang besar pula untuk logistik partai. Memang Aksa punya niat mulia, sebagai pengusaha terkaya no 35 (2012) di Indonesia menurut Majalah Forbes, dia ingin mengajari Anas bagaimana mengolah bisnis yang tidak perlu menggerogoti APBN.

"Tapi yasudahlah, ditelpon 3 kali tidak diangkat, berarti dia bisa mengatasi masalahnya sendiri. Toh, besoknya Anas telpon balik saya. Sampai 10 kali tidak saya angkat, baru dia sms: Maaf bang kemarin sedang ada urusan, dan terus berkali-kali dia minta maaf. Mulai itu, saya jadi tidak respect dengannya," ungkap Aksa kepada anak-anak HMI yang hadir di diskusi saat itu.

Aksa malah mengatakan, Anas Urbaningrum lebih baik dipenjara. Kalau dia dipenjara, perpolitikan kita bisa lebih baik. Itu jadi trigger untuk warning bagi politisi-politisi yang basicnya tidak mapan secara ekonomi, dan hanya menjadikan politik sebagai alat memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Bukan alat untuk mengabdi dan menyejahterakan rakyat.

AU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar