Rabu, 02 November 2011

Hutan Mangrove Benteng Penjaga Lingkungan


                         Menteri LH Gusti Muhammad Hatta, Menhut Zulkifli Hasan, Kepala BPMIGAS R.Priyono- Penanaman Bibit Mangrove Di Angke Kapuk (6/10/2011) - Foto: Adi WIjaya                                                   

Beberapa ekor burung Cangak Abu (Ardea Cinerea) terbang rendah menyusuri sungai, burung putih yang sekilas mirip Bangau ini memang menjadi salah satu penghuni Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara. 

Tercatat, 91 jenis burung air dan burung hutan, serta satwa lain seperti monyet dan biawak “bersahabat baik” dengan lestarinya hutan mangrove (bakau).

“Lihat disekeliling ini, burung-burung saja tahu mana air yang bagus. Adanya burung, menunjukkan kualitas hutan itu masih bagus,” ujar Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat memberikan sambutan Kegiatan Penanaman 10.000 Bibit Mangrove dalam rangka HUT Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (BPMIGAS), (12/10/2011).

Zulkifli berharap BPMIGAS semakin hebat, hebat menanamnya maksud besan Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais itu. Ia mengatakan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan mempunyai garis pantai paling luas di dunia. Jadi, agar aman dari tsunami, dan menstabilkan antara laut dan daratan: hutan mangrove-lah solusinya.

“Tugas Menteri Kehutanan memang jadi provokator, agar perusahaan minyak asing dibawah komando BPMIGAS bisa lebih sering menanam mangrove,” kata Zulkifli sambil terkekeh dan disambut tawa serta tepuk tangan pejabat BPMIGAS dan KKKS yang hadir.

Dulu orang tua kita sering bilang, kalau ada kupu-kupu datang ke rumah berarti itu ada tamu yang bawa rejeki. “Coba perhatikan, siklus hidup kupu-kupu, hanya ada ketika bunga itu segar, dan tumbuhan masih bagus,” urainya. Begitu-pun kunang-kunang, cahayanya keluar karena ada proses oksigen dari nitrogen monoksida (NO) yang menjadi penghantar sinyal flash, sekaligus menjadi kunci mekanisme kedap-kedip cahaya kunang-kunang. Oksigen itu dilahirkan oleh tumbuhan-tumbuhan.

Maka dari itu, Menhut menegaskan: pohon bukan hanya kayu yang berdiri tegak, kita contoh pengelola taman wisata alam hutan mangrove ini yang menghormati pohon seperti menghargai kita. “Pohon mangrove bisa melindungi abrasi dengan struktur akarnya yang kuat, menyerap karbon emisi lebih hebat dari pohon biasa dan mengurai limbah industri,” jelas Zulkifli.

BPMIGAS Ingin “klop”-kan Industri dengan Lingkungan

Dengan jargon “Let Them Grow, Save Our Tomorrow”. Biarkan Mereka Tumbuh (mangrove), Jaga Masa Depan Kita. “BPMIGAS berharap, industri hulu Migas yang terkenal merusak lingkungan ini, dengan adanya inisiasi penanaman 10.000 bibit mangrove BPMIGAS dan KKKS, bisa “klop” dengan lingkungan dan bumi lebih ramah lagi,” tegas Kepala BPMIGAS R. Priyono.

Ia mengatakan kegiatan penanaman bibit di hutan mangrove merupakan bagian dari Program Bright and Green dari BPMIGAS. Bright and Green adalah slogan yang digunakan BPMIGAS untuk program pengembangan lingkungan yang dilaksanakan terutama di sekitar wilayah-wilayah operasi hulu Migas.
“Seperti halnya ekosistem hutan mangrove, melalui Program Bright and Green ini, industri hulu migas juga diharapkan memberikan banyak manfaat, baik secara tidak langsung (non economic values) maupun secara langsung (economic values) khususnya bagi masyarakat sekitar wilayah operasi hulu migas dan secara luas bagi masyarakat Republik Indonesia,” ujar Priyono.

Program Bright (terang) mengusahakan pemenuhan kebutuhan listrik untuk menunjang perkembangan ekonomi penduduk terutama yang berdomisili di sekitar wilayah operasi. Sementara program green yang berarti hijau adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah kegiatan.

“Penanaman mangrove ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 26 persen pada tahun 2020 karena mangrove termasuk tanaman yang menyerap karbon paling banyak,” tambah Priyono.

Di tempat yang sama, Menteri Lingkungan Hidup RI Gusti Muhammad Hatta mengapresiasi kegaiatan mulia BPMIGAS ini, sembari berharap ke depan BPMIGAS dengan stakeholder industri hulu migas bisa terus menanam lagi. “Seperti yang disampaikan Walikota Jakarta Utara, Kawasan Hutan Mangrove Angke Kapuk ini masih butuh jutaan bibit lagi untuk menjaga Jakarta dari kerusakan lingkungan akibat pemanasan global,” katanya.

Walikota Jakarta Utara (Jakut) Bambang Sugiyono menjelaskan Jakut merupakan benteng Jakarta, hancurnya Jakut maka Jakarta hancur. 60 persen wilayah Jakut dibawah permukaan laut, 327 hektar untuk kawasan green mangrove. Sebanyak 200 ribu pohon mangrove yang sudah tertanam sejak Januari 2010. 

“Diharapkan perusahaan asing terus berkontribusi, karena industri mereka juga turut menyumbang karbon emisi. Selain banyaknya manfaat untuk lingkungan, pohon mangrove ini bisa diberdayakan menjadi sirup dan kue mangrove. Tidak ada lagi pohon mangrove di Jakarta selain Jakut,” cetus Bambang. Nurfahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar