Selasa, 30 April 2013

Kisah Anas-SBY bak Musa-Fir'aun


Ilustrasi Perseteruan Anas-SBY. Foto/Nevertalk-Kaskus.
Ilustrasi Perseteruan Anas-SBY. Foto/Nevertalk-Kaskus

Jakarta, PenaOne – Bekas Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat (PD) Ma’mun Murod Albarbasy mengaitkan kisah perseteruan Anas dengan SBY bak Musa dengan Raja Fir’aun. Menurutnya, dalam status Facebook, kisah Nabi Musa mirip dengan Anas dalam perspektif politik.

“Antara Anas dan Nabi Musa AS: ini sekadar status. Jangan ditafsir terlalu jauh. Jangan juga ada yang komen: Masa Musa dibanding dg Anas. Musa jelas Rasul dan Nabi, sementara Anas “orang hina” yg secara hukum telah jadi tersangka.Saya hanya lihat ada kemiripan dalam perspektif politik,” tulis Ma’mun kader Muhammadiyah asli Brebes ini dalam akun FB-nya, Senin (22/4/2013).

Ia menambahkan, Musa “anak pungut” yang dihanyutkan di sungai oleh orang tuanya karena situasi yang mengharuskan. Anak yang kehadiranya di Istana sama sekali tidak diharapkan Fir’aun. Anas juga hanya “anak yang dipungut” untuk bantu besarkan Demokrat, yang tentu tidak sama dengan “anak kandung”. Anas sangat tau diri.

“Fir’aun sadar betul bahwa Musa bisa bahayakan kuasanya. Sejak Musa kecil Fir’aun sudah rasakan. Disuruh pilih roti dan api, Musa “pura2″ (tentu dg ijin Allah) pilih api (akibatnya bicaranya agak cadel), besar dikit ketika digendong, Musa kerap “iseng” narik2 jenggot Fir’aun,” lanjut Ma’mun.

Menginjak remaja, Musa mulai lakukan perlawanan dan mulai menohok ke jantung kuasa Fir’aun. Merasa tidak bisa lagi diajak “baikan” Musa pun diusir dari Istana hingga terjadi pengejaran terhadap pasukan Musa. Musa terpepet dan terjebak di Sungai Nil.

Dengan ijin Allah, sambung Ma’mun, tongkat Musa dicambukkan ke bumi berubah jadi jembatan. Musa pun selamat, sementara Fir’aun dan pasukannya tenggelam. Musa berhasil menang secara politik.
“Sebagai “anak yg dipungut”, Anas alami nasib hampir serupa dengan Musa. Mau nyalonin Ketum dicegah-cegah, diminta mundur, dijanjiin jabatan Sekjen asal mundur.Namun takdir Allah, Anas pun terpilih jadi ketum,” urainya.

Sebagai “anak yg dipungut”, meski sudah terpilih jadi ketum tetap saja ada ketakrelaan dari Beliau. Upaya singkirkan Anas terus berlangsung. Seperti halnya Musa, Anas tetap coba berlaku santun dan loyal pada Beliau.Namun ketika kesantunan dan loyalitasnya tetap tak dianggap, Anas mulai sedikit menyentil Beliau.

“Salah satu yang membedakan Anas dengan Musa, Musa berhasil tenggelamkan Fir’aun, sebaliknya Anas gagal tenggelamkan dan justru -untuk sementara waktu- “ditenggelamkan”. Sekali lagi ini hanya sekadar status,” tutup Ma’mun yang juga pernah menjadi Ketua DPP Partai Matahari Bangsa. (ami).

Penulis: Nurfahmi Budi Prasetyo 

1 komentar:

  1. Walau dalam perspektif politik kita hendaknya hati-hati menyikapi hal tersebut. Waktu akan terus mengiringi kita untuk melihat 'akhir kisah' tersebut nantinya. Banyak hal yang mengejutkan terjadi di panggung politik Indonesia dengan jutaan penontonnya.

    BalasHapus