Jumat, 27 Januari 2012

Gambaran Tingkat Burnout pada Reporter Surat Kabar Harian


 

Media massa adalah sarana penyampaian informasi atau peristiwa kepada publik. Surat kabar harian adalah media massa yang lebih dipilih masyarakat untuk memperoleh informasi karena merupakan media yang dinilai paling efektif dalam menyampaikan berita-berita terbaru dalam jumlah banyak. Para reporter adalah yang menjadi ujung tombak suatu perusahaan koran dalam mencari berita yang akan dimuat setiap harinya. Para reporter merupakan orang-orang jurnalistik yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari berita serta bertugas menuliskannya.

Profesi sebagai reporter pada surat kabar harian memiliki ciri khas tuntutan pekerjaan yaitu terkait dengan cara meliput berita. Cara meliput reporter surat kabar dituntut untuk selalu bekerja dalam tekanan deadline waktu. Reporter juga memiliki jam yang tidak menentu dalam bekerja, karena berita suatu kejadian tidak dapat diatur terjadinya. 

Selain itu, reporter juga diharapkan selalu menulis suatu berita dengan tepat dan akurat sehingga ia harus melakukan verifikasi terus-menerus. Berdasarkan studi tentang stres kerja pada sejumlah profesi, semua beban tuntutan profesi reporter yang dihadapi dalam keseharian mereka rentan menimbulkan stres kerja. Reporter berada di rating 7.5 dari skala 0 hingga 10 ungkap Galbraith. Dengan rating yang cukup tinggi tersebut, kemungkinan reporter dapat mengalami stres yang dinamakan burnout.

Burnout adalah keadaan dimana seorang individu mengalami keletihan emosional, fisik dan mental akibat tekanan stres yang tinggi dan rutin dalam kehidupan sehari-hari pada pekerjaan mereka. Gambaran kerja profesi reporter di atas dapat membuat seorang reporter mengalami burnout. Peneliti kemudian melakukan penelitian terhadap reporter pada lima surat kabar harian. Hasilnya adalah ternyata tingkat burnout para reporter tersebut cenderung rendah. 

Selain itu peneliti juga mendapat hasil tambahan berdasarkan analisa dari aspek jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status pernikahan. Hasilnya ada dua aspek yang berbeda secara signifikan yaitu aspek usia dan status pernikahan. Pada aspek usia, kelompok reporter yang berada pada exploration stage age (22-32 tahun) cenderung memiliki tingkat burnout lebih tinggi dibandingkan kelompok reporter pada establishment/maintenance stage age (usia 33-59 tahun). Pada aspek status pernikahan, kelompok reporter dengan status pernikahan belum menikah cenderung memiliki tingkat burnout lebih tinggi dibandingkan kelompok reporter dengan status pernikahan sudah menikah.

Perbedaan hasil penelitian dengan latar belakang penelitian yang diasumsikan peneliti terkait dengan idealisme yang dianut seorang reporter, kemampuan coping reporter dan cara kerja reporter yang efektif sehingga dapat mengurangi beban pekerjaan.

 Sumber:
Author: SJAFEI, REGGIE RENATO ; Kembaren, Esther Muliana (Advisor)
Topik: Burnout; Stres Kerja Reporter; Jurnalistik; Profesi Reporter
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2009    
Jenis: Theses - Undergraduate Theses